Malaysia Tak Seindah yang Kita Bayangkan
Jakarta, Batak Pos
Pembangunan ekonomi serta kesejahteraan Malaysia ternyata tak seindah yang diduga. Selama ini, kita mengenal Negeri Jiran itu serba bagus dibanding Indonesia atau negara Asean lainnya. Tak aneh jika banyak tenaga kerja asing termasuk TKI yang ramai-ramai mengais “Ringgit” ke Malaysia. Namun sejak lengsernya Perdana menteri (PM) Mahathir Muhammad segalanya menjadi lain. “Pertumbuhan ekonomi melemah, jumlah rakyat miskin bertambah serta arus modal asing ke Malaysia tak sehebat dulu,” ungkap Aktivis Democratic Action Party (DAP) Malaysia Thing Siew Shuen kepada Batak Pos di Jakarta, Minggu (4/11).
Kinerja pemerintah Malaysia dibawab kepemimpinan PM Abdullah Ahmad Badawi, kata Thing jauh lebih buruk dibanding masa Mahathir Muhammad dulu. Kebebasan pers yang dulu cukup bagus, kini perlahan dikungkam. Dengan begitu, hak rakyat untuk mengetahui informasi menjadi terhambat.
“Jumlah rakyat miskin tinggi, laju inflasi tinggi serta arus penanaman modal asing jauh merosot. Akibatnya bisa ditebak, tingkat kesejahtreraan rakyat juga makin rendah. Sedang jumlah penduduk Malaysia hanya 27 juta jiwa, jauh dibawah Indonesia yang mencapai 220 juta jiwa lebih,” kata dia lagi.
Tingkat keamanan di Malaysia juga tak senyaman dulu. Kerusuhan dan percikan-percikan kecil muncul di berbagai wilayah Malaysia. Pelanggaran hukum juga sering terjadi di Malaysia. Terlepas apa penyebab semua itu, namun aku Thing, demikianlah kondisi Malaysia sekarang ini. “Kenyataan tersebut tak seindah yang disampaikan rezim yang berkuasa di Malaysia sekarang,” kata dia.
Tindak kekerasan terhadap pekerja asing termasuk TKI, menurut Thing bukan perkara asing di Malaysia. Tidak sedikit pekerja asal Indonesia disiksa bahkan para pekerja perempuannya diperkosa oleh oknum aparat keamanan Malaysia. Kasus penganiayaan wasit kareta asal Indonesia Donald Pieter Luther Kolopita tak lepas dari kritik Thing. Di Indoensia sendiri, kasus tersebut sempat memicu aksi demontrasi ribuan massa di depan kedubers Malaysia di Jl.HR.rasuna Said Jakarta Selatan.
Padahal, pemerintah Malaysia mengakui, kontribusi pekerja asing sangat besar pada perekonomian negeri itu. Pekerja asing yang mencari nafkah di Malaysia berasal dari berbagai negara, seperti Indonesia, Bangladesh, Filipina, dan negara lainnya. Jumlah pekerja asing di Malaysia diperkirakan antara 2,5 sampai 3 juta orang. Dari jumlah tersebut, hanya satu setengah juta bekerja dengan dokumen yang sah di negara yang jumlah total penduduknya adalah 24 juta orang.
Sejak dulu jumlah warga asing yang tinggi ini sangat penting bagi pembangungan ekonomi di Malaysia. Mereka merupakan pendorong pembangunan di negeri tersebut. Ketika Malaysia masih dijajah Inggris, jutaan warga Cina datang ke negara itu untuk membuka usaha dan bekerja di pertambangan timah. Warga Tamil dibawa untuk bekerja di perkebunan karet, sedangkan warga Punjabi dan Shikh bekerja sebagai petugas polisi dan pegawai kereta api. Saat itu, jumlah mereka sekira 45 persen dari keseluruhan warga negara Malaysia. Kini, pekerja dari Indonesia dan Filipina yang memenuhi pabrik-pabrik, projek pembangunan, dan perkebunan. "Sekira 11 persen pekerja adalah warga asing," ujar Shamsuddin Bardin, Direktur Federasi Pengusaha Malaysia.
Tingkat korupsi di Malaysia, papar Thing, juga tak kalah hebatnya. Laporan Transparancy International menyebutkan, tahun 2006 Malaysia menduduki perangkat ke 37. Sedang pada masa pemerintahan Mahathir peringkat Malaysia masih berada di angka 24. Kebebasan pers di Malaysia juga turun menjadi perangkat 122. “Artinya, rakyat Malaysia semakin dikekang tak peluang untuk mendapatkan informasi publik makin terbatas,” papar wanita asal Selangor Malaysia itu.
Saat ini, terjadi proses diskriminasi yang makin kuat di Malaysia, terutama di bidang ekonomi. Kebijakan pemerintah yang pro bumi putera (Melayu), tukas Thing, ternyata hanya untuk kepentingan segelintir orang tertentu di terutama anggota kerajaan di Malaysia. Sedang rakyat banyak, apalagi non Melayu makin menderita. Alih-alih dapat ikut menikmati hasil pembangunan yang ada, justru kesejahteraan mereka makin menurun. “Tingkat Gini atau kejurangan sosial di Malaysia adalah yang terburuk di Asean,” tukas dia serius.
Diakui Thing, pengaruh Bank Dunia atau lembaga perekonomian multilateral lainnya relatif kecil di Malaysia. Namun begitu, Malaysia masih tetap menjadi tujuan investasi modal kapitalis yang cukup besar. Saat ini, tercatat ada tiga negara pemasok modal Malaysia, masing-masing Amerika Serikat (AS), Eropa dan Jepang. “Tiga negara besar itulah yang paling dominan dalam investasi asing di Malaysia,” aku wanita energik itu.
Menurut Thing, inevasti asing di Malaysia tahun 2006 tercatat sebesar 4,62 miliar dolar AS. Jumlah itu setara dengan 17,09 miliar Ringgit Malaysia. Namun jika dibanding dengan realisasi investasi tahun 2004, yang mencapai 4,62 miliar dolar AS. “Ini kasus pertama sejak tahun 1990 Indoensia mulai mengambilalih posisi Malaysia dalam investasi asing. Jumlah investasi asing jauh dibawah Indoensia yang mencapai 5,26 miliar dolar As tahun 2006 silam,” tukas dia.
Data yang dihimpun Batak Pos menyebutkan, strategi pembangunan ekonomi yang sangat fokus selama dua dasawarsa terakhir, tidak diragukan lagi dampaknya terhadap kinerja ekonomi Malaysia seperti yang ditunjukkan oleh indikator-indikator sebagai berikut. Prestasi utama dari kepemimpinan Mahathir adalah stabilitas makro ekonomi. Inflasi turun dari sekira 10 persen pada tahun 1981 (saat Mahathir mulai memimpin Malaysia) menjadi hanya sekira 0,3 persen di tahun 1983.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan stabil juga terjadi pada hampir sepanjang dekade 1990-an. Antara tahun 1992 dan 1997, Malaysia berhasil pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 9 persen per tahun, dan pertumbuhan pendapatan per kapitanya merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Pasifik. Walaupun kinerja ekonomi Malaysia tampak sempurna, pada tahun 1998 Malaysia terkena krisis ekonomi yang mengakibatkan perekonomiannya terkontraksi sebesar 7,4 persen. Walaupun demikian, ekonomi Malaysia telah berhasil kembali ke trend pertumbuhan pesatnya.
Selama ini, banyak orang melihat keberhasilan Malaysia Selain karena kebijakan ekonomi, pembangunan ekonomi Malaysia juga didukung oleh tersedianya tenaga kerja yang ahli dan terdidik, sebagai dampak dari kebijakan pendidikan dasar yang wajib dan gratis, serta dukungan kepada pendidikan tinggi. Pemerintah Malaysia memberikan ratusan ribu beasiswa kepada kaum Melayu untuk melanjutkan pendidikannya sampai ke perguruan tinggi, bagi yang mampu secara akademis.
Puluhan ribu beasiswa juga diberikan bagi kaum Melayu untuk melanjutkan ke perguruan tinggi di luar negeri. Sejak awal tahun 1990-an, "Visi 2020" Mahathir telah menjadi landasan pembangunan ekonomi Malaysia. "Visi 2020 Malaysia" menargetkan peningkatan GDP delapan kali lipat, dan pencapaian status negara maju pada tahu 2020. Kebijakan ini menetapkan swastanisasi sebagai kunci dari pembangunan ekonomi nasional, peran investasi asing untuk mendukung industrialisasi yang berkelanjutan, serta pembangunan bangsa secara menyeluruh dari aspek ekonomi, politik, sosial, spiritual, psikologis, dan budaya.*isk
1 comment:
Hey! Great to read this.. Solidarity with all the democrats in Malaysia!
Post a Comment